Tuesday, October 23, 2012

Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Terjadinya Gejala Depresi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Dewasa ini berbagai bentuk pelanggaran moral yang dilakukan oleh remaja banyak dijumpai di masyarakat dimana salah satu penyebabnya adalah perubahan pola asuh dalam keluarga (Hawari, 2005). Pola asuh orang tua adalah pola orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya dalam memberi perlindungan ddan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari (Baumrind, 2003). Menurut E.B.Hurlock saat ini terdapat tiga metode yang umum digunakan orang tua dalam mendidik anaknya, yaitu pendekatan secara otoriter/dipaksakan, secara permisif/serba membolehkan dan secara demokratis/kesamaan. Oleh karena itu pola asuh orang tua yang baik sangat diperlukan karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Karena pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan pada emosi, perubahan pada fisik atau tubuh serta perubahan pada pola perilaku, minat dan nilai-nilai yang ada pada dirinya (Hurlock, 1980). Dan perubahan pada meningginya emosi terutama disebabkan karena remaja berada dibawah tekanan sosial dalam menghadapi kondisi-kondisi baru tersebut. Masa ini sering disebut juga masa “storm and stress” atau masa “tekanan dan badai”. Sebagian besar dari remaja mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Dan permasalahan-permasalahan yang sering timbul pada masa remaja yang merupakan pemicu depresi antara lain adalah masalah hubungan dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman sebayanya (Goleman,1997). Remaja yang mengalami depresi seringkali tidak mampu atau tidak mau membicarakan kesedihan mereka dan juga tidak mampu menyebut perasaan mereka dengan tepat Ketidakmampuan orang tua mengenali masalah anaknya menyebabkan banyak remaja yang akhirnya mengalami kegagalan dalam penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Pada akhirnya banyak remaja yang mengalami depresi .
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 39.000 orang, menemukan bahwa laju depresi pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Di Jerman, pada tahun 1914, meningkatnya depresi sangat erat kaitannya dengan peristiwa politik, dan orang dewasa yang mengalami depresi pada saat itu hanya menunjukkan angka 4-14 persen, sedangkan selebihnya dialami oleh remaja. Di Amerika pada tahun 1955, orang dewasa yang mengalami depresi hanya menunjukkan angka 6 persen, sedangkan selebihnya dialami oleh remaja. Kecenderungan yang sama juga terjadi di Puerto rico,Canada, Italia, Jerman, prancis, Taiwan, Libanon, Selandia Baru, dan Beirut (Goleman, 1997). Penelitian yang baru saja dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk Ameika mengalami depresi karena perjalanan hidup mereka. Angka yang tertinggi terjadi pada remaja dan angka it uterus meningkat (Meier, 2001). Sedangkan di Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang mengalami depresi. Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2007 yang diadakan Departemen Kesehatan RI, gangguan mental emosional (depresi dan anxietas) dialami sekitar 11,6% populasi indonesia (24.708.000 orang) yang usianya diatas 15 tahun. Untuk jakarta penderita yang mengalami depresi lebih tinggi yaitu 14,6%. Sementara itu untuk gangguan jiwa berat, sebanyak 0,48% dari populsi DKI Jakarta (1.065.000 orang) mengalami skizofrenia dan lain-lain. Adapun angka rata-rata dunia adalah 0,5-1%. Tingginya depresi di kota besar salah satunya disebabkan gaya hidup masyarakat kota yang individual. Dari data riset kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia adalah sebesar 4,6‰. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3‰) yang kemudian secara berturut turut diikuti oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,5‰), Sumatera Barat (16,7‰), Nusa Tenggara Barat (9,9‰), Sumatera Selatan (9,2‰). Prevalensi terendah terdapat di Maluku (0,9‰). Prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur lebih dari 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self Reported Questionnarie). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur lebih dari 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara (30,5%), Boalemo (29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional terendah adalah Yahukimo (1,6%), Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%), Jayapura (1,9%), Sidoarjo (1,9%), Tabalong (2,1%), Maluku Tengah (2,4%), Kota Baru (2,4%), Kudus (2,4%), dan Muaro Jambi (2,4%). (http://www.ppid.depkes.go.id).
Para ahli mengemukakan (Gunarsa dan Gunarsa, 1995; Helm dan Turner, 1995; Papalia, Olds dan Feldmand, 1998) mengemukakan bahwa pola asuh dari orang tua amat mempengaruhi keperibadian dan perilaku anak. Kaitan antara gaya pengasuhan orang tua dengan perkembangan sosiomosional anak, lebih majemuk sifatnya. Gaya pengasuhan orang tua yang serba membolehkan sangat merugikan bagi anak. Anak akan menjadi impulsif dan mudah frustasi, setelah dewasa mereka juga sulit menguasai emosi dan tidak memiliki rasa tanggung jawab serta tidak mampu memimpin. Sedangkan, orang tua yang otoriter cenderung mempunyai anak yang secara sosial tidak kompeten, jarang mengambil inisiatif dalam interaksi sosial, harga diri mereka juga rendah. Mereka juga merasa bahwa kontrol yang ketat terhadap mereka adalah karena mereka belum mampu bertanggung jawab (Sujiono, 2005). Sedangkan rumah tangga yang demokratis ditandai dengan kebebasan dengan peraturan, anak memiliki kebebasan untuk memilih dan akan mengalami konsekuensi dari setiap perilaku yang melanggar peraturan. Sebaliknya remaja memperlihatkan sikap muram, marah, tidak sabar dan berang terutama kepada orang tua mereka. Hal tersebut membuat orang tua mereka merasa sulit memberikan dukungan omosional dan bimbingan yang benar-benar di butuhkan oleh remaja yaitu putus cinta, mendapatkan nilai prestasi yang buruk di sekolah, konflik dengan teman dan masih banyak lagi permasalahan lain pada remaja yang dapat menimbulkan depresi. Permasalahan-permasalahan yang sering timbul pada masa remaja yang merupakan pemicu depresi antara lain adalah masalah hubungan dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman sebayanya (Goleman,1997). Remaja yang mengalami depresi seringkali tidak mampu atau tidak mau membicarakan kesedihan mereka dan juga tidak mampu menyebut perasaan mereka dengan tepat.
Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap masalah yang dihadapi, padahal disisi lain remaja merupakan generasi penerus bangsa, calon pemegang estafet kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang. Pola asuh orangtua turut membentuk dasar kepribadian seseorang, apakah akan menjadi seorang yang yang memiliki kepribadian yang kokoh atau rapuh sehingga mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap stresor (Suwanto, 2009). Dan pola asuh orang tua seharusnya adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif yaitu sifatnya menyesuaikan keadaan dan konsisten dari waktu ke waktu. Karena pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi positif atau negatif (Lien Laura, 1989). Karena pada masa remaja juga secara kejiwaan terjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disatu pihak ia sudah merasa dewasa, sedang dilain pihak belum sanggup dan belu ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Ego sentrik bersifat menantang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Seseorang yang mengalami banyak gangguan pada masa ini, bila mengalami masalah pada masa sesudahnya mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa (Yosep, 2007). Oleh karena itu keterlibatan pola asuh orang tua sebagai orang yang terdekat di dalam keluarga dan orang yang dapat mengerti perasaan yang sedang dialami anaknya sangat diperlukan. Hal ini perlu, karena dengan demikian diharapkan dapat secara serius memberikan dukungan kepada anak. Salah satunya dengan menggali kecenderungan pola asuh keluarga, sehingga bisa dikaji hal-hal yang perlu dilakukan untuk penatalaksanaan dan pola asuh yang paling sesuai dengan yang mempunyai prinsip-prinsip tatalaksana perilaku yang berbeda dengan pola pengasuhan umumnya.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola asuh keluarga dengan terjadinya gejala depresi pada remaja di kelas 3A SMK YP Pare.

1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Terjadinya Gejala Depresi Pada Remaja di SMK Kelas 3A????????

1.3        Tujuan Penelitian
            1.3.1     Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh keluarga dengan terjadinya gejala depresi pada remaja di SMK???
            1.3.2     Tujuan Khusus
1.3.2.1.   Mengidentifikasi Pola Asuh Keluarga dengan Terjadinya Gejala Depresi Pada Remaja di Kelas 3a ??????
1.3.2.2.   Mengidentifikasi Terjadinya Depresi pada Remaja di Kelas 3A S?????
1.3.2.3.   Mengidentifikasi Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Terjadinya Gejala Depresi Pada Remaja di Kelas 3A ?????????
1.4        Manfaat Penelitian
            1.4.1     Bagi  Responden
Menjadi masukan dan informasi tentang fungsi dari orang tua dalam memberikan peran asah, asuh, dan asuh pada anggota keluarganya.
            1.4.2     Bagi  Institusi Terkait
Memberikan masukan tentang peran serta orang tua dalam memberikan pola asuh yang baik.
            1.4.3     Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dan dapat digunakan sebagai data penelitian selanjutnya.
           1.4.4     Bagi Peneliti
                   Memberikan pengalaman nyata dalam proses penelitian untuk mengembangkan ilmu    pengetahuan.

No comments:

Post a Comment