Friday, September 30, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS


ARTRITIS

DEFINISI ARTRITIS
            Artritis merupakan suatu bentuk penyakit sendi yang sering dijumpai, meliputi bermacam-macam kelainan dengan penyebab yang berbeda. (Robbbin & Kumar,1995).

JENIS-JENIS ARTRITIS
            Dilihat dari faktor penyebab timbulnya arthtitis, arthritis dapat dibagi dalam 4 jenis, yaitu:
1.      Artritis Infektif (bakterialis)
2.      Artritis Lyme
3.      Osteoartritis
4.      Artritis rhematoid
Artritis infektif dan artritis rhematoid disebabkan oleh proses peradangan yang sebenarnya, sementara osteoartritis terutama merupakan penyakit degeneratif dengan sedikit peradangan.  Akan tetapi nama tersebut digunakan selama bertahun-tahun, meskipun telah diusahakan nama baru  untuk kelainan tersebut yaitu penyakit degeneratif sendi” (degeneratif joint disease). Artritis Lyme disebabkab oleh spirochaeta yang baru diidentifikasi, disebut Borellia burgdorferi, yang ditularkan oleh kutu Ixodes dammini. Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas tentang Artritis rhematoid sesuai dengan kasus yang dikelola oleh kelompok penyusun.

 

ARTRITIS RHEMATOID

 

DEFINISI

Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.

 

PATOFISIOLOGI

            Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.  Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

            Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

 

ETIOLOGI

Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1.      Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid faktor

2.      Faktor metabolik

3.      Infeksi dengan kecenderungan virus

 

TANDA DAN GEJALA

1.      Tanda dan gejala setempat

·         Sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas

·         Lambat laun membengkak, panas merah, lemah

·         Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu

2.      Tanda dan gejala sistemik

·         Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia

 

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Tes serologi

·         BSE positif

·         Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

·         Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2.      Pemerikasaan radiologi

·         Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

·         Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

3.      Aspirasi sendi

·         Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

 

PENATALAKSANAAN

Bila Rhematoid artritis progresif dan ,menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:

1.      Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

2.      Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

3.      Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

4.      Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

 

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:

1.      Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas.

2.      Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.

3.      Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.

4.      Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.

5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


BAB II

ANALISA KASUS

 

1.      RIWAYAT PENYAKIT

Tn R, 54 tahun dengan keluhan utama badan terasa pegal-pegal sehabis olahraga sejak 1 bulan lalu.  Klien berkonsultasi dengan ahli syaraf, lalu dianjurkan ke orthopedi dan dipasang traksi servikal.  Setelah pemakaian traksi, ada benjolan di bagian kanan atas (dada).  Klien tidak bisa menggerakkan tangan kanan, lalu dilakukan operasi pengangkatan tumor.  Rasa nyeri muncul kembali setelah 2 hari post operasi.  Klien kemudian menjalani pemeriksaan diagnosa dengan hasil yaitu Chronis artritis sternoclavicular joint dextra.

 

2.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Radiologi (scan)

Ditemukan adanya soft tissue swelling di daerah sternoclavicular joint parasternal dextra.

2.      Histopatologi

Makroskopik   : - jaringan sebesar biji jagung, putih.  Pada pemotongan merupakan kista

                 berisi massa kuning seperti mentega.

Mikroskopik    : - sediaan menunjukkan jaringan dermis dan lemak dengan sebukan ringan

    sel   radang yang tidak spesifik.

  - sediaan terdapat sarang-sarang abses, jaringan granulasi, vaskuler, jaringan 

    fibrokolagen, syaraf tepi dan jaringan otot lurik dengan sel-sel radang.

3.      Hematologi

Hb 12,8 gr%; Ht 37%;  Eritrosit 4,1 juta/ul;  Leukosit 13700/ul;  Trombosit 436000/ul.

 

3.      PENATALAKSANAAN

Saat dilakukan pembedahan, ditemukan adanya artritis sternoclavicular dextra dan dislokasi.  Selanjutnya dilakukan debridemen untuk membuang jaringan-jaringan granulasi pada daerah sendi, sinovektomi dan oblique insisi medial clavicula untuk membuang bagian yang telah meradang.

 

4.      ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pre operatif.

Sebelum dilakukan operasi, klien telah dipuasakan dan menjalani pengosongan saluran cerna dengan klisma dan diberikan Dulcolak 4 tablet.  Premedikasi diberikan yaitu Valium tablet 10 mg.  Dari hasil pengkajian ditemukan bahwa klien mengatakan merasa cemas dengan operasi yang di jalani.  Berdasarkan data ini, perawat mengangkat diagnosa yaitu cemas berhubungan dengan krisis situasi, yang ditandai dengan peningkatan ketegangan dan peningkatan tekanan darah serta adanya pernyataan cemas dari klien.  Adapun tujuan dari intervensi ini adalah agar klien tidak mengalami kecemasan menjalani operasi, dengan kriteria hasil klien nampak relaks dan mau mendiskusikan kecemasannya.  Intervensi yang dilakukan adalah mengkaji tingkat kecemasan klien dan menggunakan support sistem yang ada berupa orang yang terdekat dengan klien untuk menemani klien.  Setelah dilakukan intervensi akhirnya kecemasan klien menurun terlihat dengan klien dapat bercakap-cakap santai dengan kakak   klien.  Setelah itu klien menjalani operasi.

 

B.     Intra operatif.

Selama dilakukan operasi, perawat berperan membantu kelancaran operasi dan bekerja dalam suatu tim dengan dokter bedah dan anestesi.  Peran perawat mulai dari persiapan alat-alat operasi (sebagai instrumentator maupun perawat keliling), pembersihan bagian tubuh yang akan di operasi dan membersihkan kembali ruangan setelah operasi, serta mengecek alat-alat pada pasien, berupa infus RL, Dextrose 5%, drain, kateter, dan Fiksasi dengan figure of 8 memakai mitella 3 mgg.

 

C.     Post operatif.

Pada post operatif, (di Recovery room), yang paling banyak berperan adalah bagian anestesi untuk menilai tingkat kesadaran klien yang selanjutnya akan dibawa kembali ke ruangan.  Perawat berperan dalam mengobservasi keadaan klien khususnya perdarahan pada daerah operasi.  Pada pasien ini tidak ditemukan perdarahan lanjut, dan setelah kurang lebih 30 menit di ruang pulih sadar, klien kembali ke ruangan..

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah,  Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996.

Robins & Kumar, Buku Ajar Patologi II, EGC, Jakarta, 1995

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN HIPERTENSI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. B  DENGAN HIPERTENSI DI RT. 2 RW III 
KELURAHAN GUNUNG ANYAR KECAMATAN GUNUNG ANYAR KOTAMADYA SURABAYA

A.    Pengkajian
I.     Data Umum:
Nama kepala keluarga
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
: Tn. B
: RT. 2 RW. III Kelurahan Gunung Anyar
: Buruh Pabrik
: SMP

Daftar anggota keluarga:
No.
Nama
J.K
Hubungan dgn Keluarga
Umur
Pendidikan
Status Imunisasi
Ket.
1
2
3
4
Tn B
Ny. S
An. B.
An. F
L
P
P
L
Bapak
Ibu
Anak
Anak
46
40
SMP
SD
SMP
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
TBC
HT
Sehat
Sehat

Genogram :








 











Keterangan:

















 


Laki-laki.
 

Perempuan.
 










Penderita TBC
 


Penderita Hipertensi.
 










Tinggal serumah.
 

 





Keluarga ini tergolong dalam Nuclear  family karena dalam satu rumah terdapat Ayah. Ibu dan anak  Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai anggapan makan tidak makan asal kumpul, sehingga akan dapat mempercepat penularan penyakit jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit yang dapat menular. Keluarga ini menganut agama Islam. Kepala keluarga bekerja, sebagai Buruh Pabrik.

II.  Riwayat dan tahap perkembangan keluarga:
Riwayat kesehatan anggota keluarga:
a.    Ny. S
Ny. S mengatakan bahwa ia menderita tekanan darah tinggi. Ny. S mengungkapkan bahwa didalam keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti kencing manis maupun penyakit menular.
Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 160/90 mmHg, Ny. S batuk terus menerus dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik (auskultasi) terdengar ronkhi. Ny. S juga mengatakan bahwa ia sering sakit kepala/ pusing.
b.    Tn. B
Selama ini tidak pernah menderita penyakit berat. Sakit yang sering dialami adalah flu dan batuk dan pada saat ia sakit maka ia akan membelikan obat-obat yang ada di warung dan jika belum sembuh maka ia akan pergi ke Puskesmas.
c.    An. B
Penyakit yang sering diderita oleh An. A adalah batuk pilek. Usaha yang dilakukan oleh ibu untuk mengatasi hal ini adalah membelikan obat di warung yang dijual bebas, apabila masih sakit maka oleh ibu akan dibawa ke puskesmas.
d.   An. F
Selama ini tidak pernah menderita sakit berat, sakit yang sering dideritanya adalah batuk pilek yang oleh ibunya akan dibelikan obat di warung dan apabila tidak sembuh akan dibawa ke puskesmas.

III.   Lingkungan:
Rumah yang dimiliki keluarga ini merupakan rumah permanen, luas rumah keseluruhan + 75 M2 dengan jumlah kamar yang dimiliki adalah 4 kamar tidur, 2 ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 dapur, serta 1 ruang keluarga yang berfungsi untuk tempat menonton televisi bersama. Pencahayaan didalam rumah ini kurang karena rumah masih tampak gelap pada kamar-kamarnya dan pada bagian kamar belakang ventilasi kurang karena tidak memiliki jendela, lantai rumah tampak kotor. Air minum yang digunakan oleh keluarga ini adalah air PDAM yang sudah dimasak. Keluarga ini memiliki tempat tinggal yang tetap dan tidak berpindah-pindah.
Denah rumah Ny. S


 

Keterangan:

 

 
1. Kamar tidur.
1
 
1
 
2. Ruang tamu.
3
 
1
 
3. Ruang keluarga.
2
 
4. Dapur.
2
 
5. Kamar mandi.


 

Dilingkungan RT setempat memiliki budaya untuk selalu mengunjungi warga yang sakit dengan memberikan sedikit bantuan sehingga dapat meringankan beban keluarga yang sakit. Ny. S Mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan arisan di lingkungan RT 3 tetapi jika ia sakit ia tidak mengikutinya.

IV.   Struktur keluarga:
Pola komunikasi di dalam keluarga ini terbuka dan didalam keluarga semua anggota keluarga menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Menurut Ny. S di dalam keluarganya menganut norma yang berlaku di dalam masyarakat dan adat jawa.

V.  Fungsi keluarga:
a.    Fungsi afektif
Menurut Ny. S ia senang memiliki keluarga yang lengkap (anak dan cucu) serta sangat senang karena dapat berkumpul dengan mereka. Keluarga tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.
b.    Fungsi sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga baik, didalam keluarga ini tampak kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam melaksanakan tugas didalam keluarga ini. Keluarga ini juga membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya terbukti dengan seringnya tetangga main ke teras rumahnya untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga.
c.    Fungsi perawatan kesehatan
Ny. S mengatakan bahwa ia tidak mengetahui  bahwa  penyakit takanan  darah tingginya berbahaya jika dibiarkan tanpa adanya kontrol, ia juga tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah yang diketahuinya hanya kepala pusing. Ny S. mengatakan ia tidak mengurangi atau pantangan makanan apapun karena ia tidak tahu serta makanan yang dikonsumsinya sama dengan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga (tidak disendirikan karena kurang garam).
Menurut keluarga sakit yang dialami Ny. S ini tidak terlalu dirasakan karena Ny. S dibawa ke puskesmas jika ada keluhan saja. Anggota keluarga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui akibat yang bisa timbul akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol serta cara merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mengatakan bahwa yang menjaga kebersihan rumah adalah  Ny. SF dibantu oleh anak-anaknya secara bergantian. Keluarga mengatakan bahwa mereka melakukannya karena kebiasaan.
Keluarga mengetahui jika sakit ia harus pergi ke puskesmas apalagi puskesmas yang ada cukup dekat rumah dengan hanya berjalan kaki maka akan sampai.

VI.   Stress dan koping keluarga:
Ny. S mengatakan bahwa di dalam keluarganya jika ada masalah mengenai anak, sekolah anak atau apapun akan berusaha diselesaikan dengan berunding bersama-sama untuk mencari jalan yang terbaik.
Dan apabila masalah tersebut belum terpecahkan juga maka keluarga akan minta bantuan kepada anggota keluarga yang lebih tua dalam membantu memecahkan masalah.

VII.Pemeriksaan fisik:
a.    Ny. S
Saat dilakukan pengkajian tekanan darah 160/90 mmHg, Ny. S batuk terus menerus dan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik terdengar ronkhi (auskultasi), konjungtiva merah muda, sklera putih.
b.    Tn. AS
Pada pemeriksaan fisik Tn. AS dalam batas normal, tidak ada kelainan pada sistem organ. Tekanan darah 120/80 mmHg.
c.    An. F
An. F tampak segar dengan riang ia bermain kesana kemari. Berat badan yang dimiliki oleh anak F adalah 15 kg.

VIII.       Harapan keluarga:
Kelurga mengharapkan agar petugas dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarganya dan ia mengharapkan dapat membantu mempercepat kesembuhan bagi penyakit yang sedang dideritanya.

I.          Kesimpulan

Keluarga Ny. S merupakan keluarga besar dengan keadaan ekonomi pas-pasan. Dimana penghasilan keluarga berasal dai Tn. MS dan Tn. MI. keadaan rumah permanen, penerangan cukupan, ventilasi cukupan dengan lantai yang agak kotor dan cukup lembab. Keluarga kurang mengetahui bagaimana perawatan pada anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi. Didalam rumah ini terdapat MCK milik sendiri. Keluarag mempergunakan air PDAM untuk dikonsumsi sebagai air minum dengan dimasak terlebih dahulu tentunya. Di dalam keluarga ini Ny. S usia 52 tahun  menderita hipertensi tekanan darah pada saat dilakukan pengkajian         160/90 mmHg. Ia juga sedang batuk yang sudah terjadi + 2 minggu. Keluarga mengatakan sudah membawa Ny. S untuk berobat tetapi tidak kunjung sembuh juga batuk yang dialaminya.

B.     Analisa data
Tgl
Data
Masalah perawatan keluarga
10/8/’01
Subjektif:
Ny. S mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah, ia juga mengatakan bahwa ia tidak tahu harus mengurangi makan apa, karena selama ini ia tidak pantang atau mengurangi makanan. Ia mengatakan sering mengalami pusing kepala. Keluarga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengajak kontrol ke puskemas atau tempat yang lain untuk mrngontrol tekanan darahnya
Objektif:
Tekanan darah Ny. S 160/90 mmHg.
Penderita mengetahuinya + 1 bulan yang lalu.
1.     Hipertensi
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi.




10/8/’01
Subjektif:
Ny. S mengatakan bahwa yang membersihkan rumah adalah menantunya dibantu oleh cucunya.
Objektif:
Ruangan tampak gelap, dan ventilasi/ sirkulasi udara didalam rumah kurang, baju banyak yang digantung.
2.     Kebersihan lingkungan rumah.
Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

C.     Skoring
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak)
Kriteria
Skor
Pembenaran
1.     Sifat masalah
Tidak sehat.


2.     Kemungkinan masalah dapat diubah.
Sebagian.

3.     Potensi masalah untuk dicegah.
Cukup

4.     Menonjolnya masalah.
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

3/3 x 1 = 1



½ x 2 = 1



2/3 x 1 = 2/3



½ x 1 = ½
Adalah kurang/ tidak sehat dan memerlukan penanganan yang secepatnya untuk mencegah peningkatan tekanan darah atau terjadinya komplikasi akibat peningkatan tekanan darah.
Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang cara  merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
Masalah dapat diubah karena penyakit hipertensi meruapakan suatu penyakit yang dapat dipertahanakan dengan menjaga keseim bangan tekanan darah.
Keluarga tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan tekanan darah pada penderita hipertensi
Total skor            3 ¼

Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA)
Kriteria
Skor
Pembenaran
1.     Sifat masalah
Ancaman kesehatan.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah.
Sebagian.
3.     Potensi masalah untuk dicegah.
Cukup
4.     Menonjolnya masalah.
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
2/3 x 1 = 2/3


½ x 2 = 1


2/3 x 1 = 2/3


½ x 1 = ½
Merupakan ancaman kesehatan karena dapat menimbulkan berbagia masalah kesehatan oleh karena lingkungan yang kotor.
Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga memiliki fasilitas dan kemauan untuk menjaga kebersihan lingkungannya.
Masalah dapat diubah karena anggota keluarga memiliki waktu yang cukup guna membersihkan rumah.
Keluarga tidak menyadari bahwa lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit.
Total skor            3

D.  Diagnosa keperawatan
1.    Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi

2.    Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah

E.   Intervensi
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria
Standard
Intervensi
Evaluasi
Umum
Khusus
1.
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak-mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi
Setelah di lakukan pera- watan/ kun- jungan 4x diharapkan keluarga mam pu merawat anggota  keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
Keluarga mampu:
-   Menyebutkan kem- bali tentang kemung kinan penyebab terjadinya pening katan tekanan darah.
-   Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan darah.
-   Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila tekanan darah terlalu tinggi.
Verbal:
-   Menyebutkan 2 dari 3 kemungkinan pe- nyebab terjadinya pe- ningkatan tekanan darah.

-   Menyebutkan 2 dari 3 tanda peningkatan tekanan darah.

-   Menyebutkan 2 akibat yang mungkin terjadi dari peningkatan tekanan darah.

1.    Jelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan penyebab tejadi peningkatan tekanan darah.


2.    Jelaskan tentang tanda/ gejala terjadinya peningkat an tekanan darah.

3.    Jelaskan tentang akibat dari peningkatan tekanan darah.
Keluarga mampu:
-   Menyebutkan kemung kinan penyebab terja- dinya peningkatan tekanan darah.
-   Menyebutkan tanda peningkatan tekanan darah.
-   Menyebutkan akibat yang bisa terjadi pada peningkatan tekanan darah.
-   Menunjukkan makan- an yang boleh dan tidak boleh di

No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria
Standard
Intervensi
Evaluasi
Umum
Khusus



-   Menyebutkan makan an yang boleh dan tidak boleh untuk penderita tekanan darah tinggi.
-   Memeriksakan diri secara teratur.
-   Penderita mau  Mengurangi konsumsi garam.
-   Menyediakan makanan yang rendah garam.
Verbal:




Non verbal:


-   Menyebutkan semua makanan yang boleh di konsumsi dan yang tidak boleh di konsumsi.
-   Memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
-   Masakan yang dikonsumsi sudah tidak asin lagi (rendah garam).
-   Menyediakan makan an yang rendah garam.
4.    Jelaskan kepada keluarga tentang diet pada panderita tekanan darah tinggi.
5.    Obsevarsi kemampuan keluarga setelah mendapat penjelasan dari petugas.
6.    Anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan diri secara teratur.
7.    Motivasi penderita untuk mengurangi garam dalam setiap makanan.
8.    Anjurkan kepada keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan diet.
Konsumsi.
-   Penderita akan memeriksakan diri secara teratur ke pelayanan kesehatan.
-   Keluarga menyedia kan masakan untuk penderita (sup dengan rasa yang tidak asin).

No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria
Standard
Intervensi
Evaluasi
Umum
Khusus
2.
Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah
Setelah dilakukan kunjungan 2x Keluarga diharapkan mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat.
Keluarga dapat:
-   Menyebutkan beberapa syarat rumah sehat.
-   Menyebutkan kem- bali dampak dari lingkungan rumah yang tidak sehat.
-   Menjaga kebersihan lingkungan rumah terutama kamar.
-   Merapikan baju yang bergantungan.
-   Membersihkan lingkungan rumah secara teratur.
Verbal:







Non verbal:
Keluarga mampu:
-   Menyebutkan 3 syarat rumah yang sehat.
-   Menyebutkan 2 dari 3 manfaat rumah yang bersih.


-   Rumah tampak rapi dan tidak ada baju yang bergantungan.
-   Membersihkan rumah setiap hari.
-   Membersihkan kamar mandi secara teratur.
1.    Jelaskan kepada keluarga  tentang syarat rumah yang sehat.
2.    Jelaskan kepada keluarga tentang hal-hal dapat terjadi akibat rumah yang kurang sehat (lembab, kurang sinar matahari, bak mandi jarang dikuras).
3.    Diskusikan dengan keluarga tentang pembagian tugas dalam menjaga kebersihan rumah.
4.    Anjurkan kepada keluarga untuk membuka jendela, melipat baju yang bergan- tungan.
Keluarga mampu:
-   Menyebutkan kembali syarat dari rumah yang sehat.
-   Menyebutkan akibat yang bisa timbul akibat lingkungan rumah yang tidak sehat.
-   Keluarga mau melipat baju yang bergantung- an.
-   Keluarga membersih kan rumah secara teratur.

No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria
Standard
Intervensi
Evaluasi
Umum
Khusus






5.    Anjurkan kepada keluarga untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah.
6.    Beri pujian untuk tindakan yang tepat.





F.   Implementasi.
No. DP
Pelaksanaan
II
1.    Menjelaskan kepada keluarga dampak yang bisa muncul akibat rumah yang kurang bersih dan sirkulasi udara tidak lancar serta ruangan yang kurang sinar matahari, antara lain:
-   Banyaknya nyamuk.
-   Mempercepat penularan penyakit.
-   Penyakit pernafasan (seperti batuk, flu, pilek, alergi).
2.    Menjelaskan kepada keluarga beberapa syarat rumah sehat antara lain:
-   Penerangan dengan sinar matahari yang cukup.
-   Sirkulasi udara yang lancar.
-   Lantai yang keras dan bersih.
3.    Mediskusikan dengan Ny. S dalam membagi tugas untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah.
4.    Menganjurkan kepada keluarga untuk membuka jendela yang yang ada selebar-lebarnya setiap hari agar sirkulasi udara lancar.
5.    Menyarankan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan rumah secara bergantian.
6.    Menganjurkan kepada keluarga untuk menjelaskan kembali  kepada petugas tentang syarat rumah sehat dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
I
1.    Menjelaskan kepada keluarga bahwa tekanan darah tinggi bisa terjadi akibat ada faktor keturunan, peningkatan usia, dan tidak mejaga keseimbangan makanan.
2.    Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala dari peningkatan tekanan darah antara lain:
-   Kepala pusing.
-   Tengkuk/ leher terasa kaku.
-   Mata berkunang-kunang.
3.    Menjelaskan kepada keluarga dampak yang bisa terjadi akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol yaitu:
-   Perdarahan pada otak atau orang lazim menyebutnya stroke atau lumpuh separo atau lumpuh total.
-   Kematian akibat stroke yang parah.
4.    Menjelaskan kepada keluarga bahwa tekanan darah yang tinggi dapat diturunkan dengan:

Tgl
Pelaksanaan

-   Mengatur makanan/ keseimbangan makanan.
Makanan rendah garam (kurang garam).
-   Olahraga secara teratur.
-   Mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain:
Buah belimbing, buah ketimun, daun alpukat.
5.    Menganjurkan keluarga untuk melakukan kontrol secara teratur ke puskesmas untuk mengetahui tekanan darah.
6.    Menganjurkan kepada keluarga untuk menjelaskan kembali kepada petugas tentang hal-hal yang telah dijelaskan oleh petugas.

Melakukan penyuluhan dengan topik tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan darah.

Melakukan penyuluhan dengan topik diet untuk penderita tekanan darah tinggi.

G.  Evaluasi
Tgl
Evaluasi


S:



O:

A:
P:
-   Ny. S mengatakan bahwa ia sudah membersihkan kamarnya dan melipat baju yang bergantungan, serta menyapu lantai.
-   Ny. S mengatakan bahwa ia sudah menyuruh anaknya untuk menguras bak kamar mandi dan sudah di lakukannya.
-   Rumah tampak bersih dan rapi.
-   Bak mandi bersih (tidak ada jentik/ larva).
Masalah teratasi.
Rencana perawatan dihentikan.

S:


O:

A:
P:
-   Ny. S mengungkapkan pusing yang dirasakan sudah berkurang.
-   Ny. S mengatakan bahwa ia sudah menyendirikan makanannya yang garamnya sudah dikurangi.
-   Tekanan darah 140/90 mmHg.
-   Masakan yang dikonsumsi oleh Ny. S sudah tidak asin lagi.
Masalah teratasi.
Rencana perawatan dihentikan.
-   Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu kontrol ke puskesmas/ pusat pelayanan kesehatan secara teratur.





ANALISA DATA
Tgl
Data
Etiologi
Masalah/ Diagnosa keperawatan
10/8/01
S:










O:
-   Ny. S mengatakan sering mengalami sakit kapala sampai di bagian belakang  leher dan leher terasa kaku.
-   Ny. S mengatakan Selama ini tidak ada pantangan makan dan jarang kontrol ke Puskesmas.
-   Bila pusing Ny. S mengatakan di obati dengan membelikan obat di warung.
-   Tekanan darah saat pengkajian 200/100 mmHg.
-   Nadi 100 x/mnt.
-   Respirasi 20 x /mnt.
-   Kaku leher (+).
-   Oedema (-/-).
-   Kelemehan otot -/-.
-   Ny. S berusia 65 th.
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
Resiko cidera: perdarahan otak pada anggota keluarga Tn. M yaitu Ny. S
10/8/01
S:





O:
-   Tn . M mengatakan mulutnya terasa pahit jika tidak merokok.
-   tn. M mengatakan biasanya merokok setiap kali selesai makan dan minum kopi.
-   Tekanan darah 110/60 mmHg, usia Tn. M 72 th.
-   Nadi 80 x/mnt.
-   Respirasi 20 x/mnt.
-   Rochi -/-.
-   Wheezing -/-.
-   Sessak (-)
Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi kebiasaan kurang sehat: merokok
Resiko terjadinya gangguan saluran pernafasan (ISPA) pada Tn. M

Skoring
Masalah keperawatan: Resiko cidera: perdarahan otak pada anggota keluarga Tn. M yaitu Ny. S berhubungan dengan ketidak mampuan keluarag merawat anggota keluarga yang sakit.
Kriteria
Skor
Pembenaran
1.    Sifat masalah
Tidak sehat


2.    Kemungkinan masalah dapat di ubah.
sebagian
3.    Potensi masalah untuk di cegah.
cukup
4.    Menonjonya masalah
Segera di tangani
3/3 x 1= 1



½ x 2 = 1
Tekanan darah tinggi merupakan keadaan yang tidak sehat dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi perdarahan di otak.